Ilmu Sosial Budaya Dasar
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur
saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia nya kami
dapat membuat laporan hasil observasi dan analisis sosial yang telah kami
lakukan ini.
Laporan makalah ini, ksmi buat
sebagai tugas Ujian Akhir Semester dalam mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Dalam laporan makalah ini berisi
laporan kami selama melakukan observasi dan analisis sosial mengenai pedagang
kaki lima, beserta analisis yang telah kami
lakukan guna mencari akar permasalahan setelah melakukan analisis sosial.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi pedoman untuk orang lain, terutama
mahasiswa jurusan pendidikan luar sekolah dalam mata kuliahIlmu Sosial dan Budaya Dasar. Kami pun
meminta maaf apabila dalam laporan makalah ini masih ada beberapa kekurangan.
Kritik dan Saran dari Dosen, dan teman-teman semua tetap kami harapkan guna
perbaikkan dan penyempurnaan laporan makalah kami selanjutnya.
Jakarta,
21 Januari 2013
PENULIS
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jakarta merupakan salah satu wilayah yang memiliki jumlah penduduk
yang padat dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Daerah yang memilki
kepadatan cukup tinggi salah satunya adalah daerah jakarta timur kecamatan
pisangan baru. Menurut data yang diperoleh dari badan pusat statistik mencatat
bahwa jumlah penduduk 29,596 ribu jiwa.Kepadatan penduduk per meter persegi 43,819.96.
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pastilah kita memperlukan
penghasilan atau pendapatan.Oleh sebab itu pastilah kita
membutuhkan pekerjaan yang dimana untuk menunjang kebutuhan mereka.
Namun keterbatasan pendidikan dan ekonomi,maka banyak sebagian
masyarakat jakarta yang menjadi pedagang,baik pedagang yang legal mau pun
ilegal contohnya pedagang kaki lima yang sering kali menjadi masalah penertiban
dikota jakarta belum lama ini.
Pedagang Kaki Lima adalah mereka yang melakukankegiatan usaha
dagang perorangan atau kelompok yang dalam menjalankanusahanya menggunakan
tempat-tempat fasilitas umum, seperti terotoar, pinggir-pinggir jalan umum, dan
lain sebagainya
Masalah pedagang kaki lima bagi sebagian orang dan pemerintahan
adalah sebuah masalah bagi kota jakarta,menurut mereka. Pedagang kaki Lima
merupakan suatu kelengkapan kota – kota di seluruh dunia dari dahulu. Sebagai
kelengkapan, pedagang kaki lima tidak mungkin dihindari atau ditiadakan. Yang
harus dilakukan dalam menyikapi keberadaan PKL tersebut adalah melalui penataan,
pembinaan, dan pengawasan. PKL memiliki fungsi ekonomi, sosial, dan budaya yang
membentuk suatu kawasan perkotaan.
Pada intinya adalah PKL merupakan sekelompok oarng yang melakukan
kegiatan perdagangan di pinggir jalan. Keberadaan PKL berlokasi di sekitar atau
dekat dengan kawasan fungsional, yang merupakan pusat kegiatan manusia.
2. Fokus Masalah
Tempat berdagang para pedagang kaki lima yang berada di sekitar
pasar dan stasiun Jatinegara
3. Profil Subjek
Sejarah berdirinya pedagang kaki lima di dekat Pasar Jatinegara,
sejak tahun 1964 berdirinya JT 007 oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta waktu
itu, maka sejak tahun tersebut sudah ada pedagang kaki lima di sekitar
Jatinegara hingga saat ini. Walaupun sekarang JT 007 sudah di pegang atau di
bina oleh UKM, dengan sistem berupa hak pakai.
Disana para pedagang yang heterogen atau bermacam-macam menjual
barang dagangan dari mulai, pedagang hewan (Ikan, Unggas, Reptil, Mamalia,
Ampibi, dan lain-lain), pedagang pernak-pernik (kaca mata, perkakas, jas hujan,
jam dan lain-lain), pedagang minuman dan makanan (minuman es Tebu, minuman
ringan, makanan ringan dan lain-lain), pedagang buku-buku bekas dan baru (buku
pelajaran SD hingga kuliah, buku kamus, dan lain sebagainya), serta para
pedagang obat-obatan tradisional baik dengan tumbuhan maupun dengan hewan
seperti: Ular, Undur-Undur dan lain-lain. Adapun macam-macam dan jenis barang
yang di jual oleh pedagang ialah :
i. Pedagang hewan
• Menjual ikan hias dan ikan konsumsi, menjual pakan ikan
• Menjual ayam hias dan konsumsi, Bebek, Belibis, burung-burung hias
bahkan ayam aduan.
• Menjual hewan-hewan reptil seperti, Ular, Biawak, Kura-kura, Tokek
• Menjual Kelinci, Marmut, Hamster, Kucing, Anjing beserta kandang,
asesoris dan pakannya.
• Menjual hewan hewan lain yaitu: Musang, Monyet, Kelelawar,
Undur-undur, Tupai,
ii. Pedagang pernak-pernik
:
•
Menjual
jam
•
Menjual
barang-barang perkakas (obeng, baut, pisau dan lain-lain)
•
Menjual
kaca mata
•
Menjual
petasan, terompet
iii. Pedagang buku
• Menjual buku pelajaran dari
SD hingga tingkat Universitas
• Menjual buku-buku novel, komik, dongeng
• Menjual aneka buku lainnya seperti: rumus
pelajaran, resep makanan, agama,
iv. Pedagang makanan dan minuman, bahkan
obat-obatan tradisional (dengan tumbuh-tumbuhan, dengan hewan seperti :
Undur-undur, Ular, Lintah/Pacet, ).
Mereka berjualan setiap hari, dari mulai pukul 07.00 WIB pagi
hingga pukul 17.00, bahkan hingga pukul 18.00 WIB setiap harinya. Pengeluaran
bagi para PKL sendiri tiap harinya sekitar Rp 15.000- 20.000 (makan, minum,
retribusi, rokok dll ). Sementara bagi para PKL yang berjualan Ikan dan
sebagainya yang membutuhkan air, pengeluaran setiap hari untuk air sekitar Rp.
3000 – Rp 10.000 / per hari.
4. Lokasi
Lokasi
observasi dan analisis sosial yang kami lakukan ialah di Sepanjang jalan
trotoar Pasar Jatinegara, khususnya yang
berada dekat dengan JT 007, dimana sepanjang jalan di temui para beragam
pedagang kaki lima di sana
5. Pusat Kepedulian
Setelah kami
melakukan observasi dan melakukan analisis sosial mengenai para pedagang kaki
lima di sekitar pasar dan stasiun Jatinegara, pusat kepedulian kami ialah “Keadilan
sosial”.
6. Nilai Keberpihakan
BerdasarkanPasal 27 ayat (2) UUD tahun 1945 menyatakan bahwa “tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.Kemudiandalampasal 38 Undang-undangNomor 39
Tahun 1999 menentukan :“setiapwarganegarasesuaidenganbakat,
kecakapandankemampuan, berhakataspekerjaan yang layak (ayat 1).
Selainituditentukan “setiap orang berhakdenganbebasmemilihpekerjaan yang
disukainyadanberhak pula atassyarat-syaratketenagakerjaan yang adil (ayat
2).Setiap orang baik.priamaupunwanita yang melakukanpekerjaan yang sama,
sebanding, setaraatauserupaberhakatasupahsertasyarat-syaratperjanjiankerja yang
sama (ayat 3). Sedangkanayat 4 menentukan“ setiap orang
baikpriamaupunwanitadalamrnelakukanpekerjaan yang
sepadandenganmartabatkemanusiaannyaberhakatasupah yang
adilsesuaidenganprestasinyadandapatmenjaminkelangsungankehidupankeluarga.
Dalam Universal Declaration of Human Rights
jaminanbahwasetiapmanusiamemilikipersamaanhakuntukmendapatkanpenghidupan
yang layakiniterdapatpada 23 ayat 1
sampaidengan 4 yang menyatakan: (1)
Setiap orang berhakataspekerjaan, berhakdenganbebasmemilihpekerjaan, berhakatassyarat-syaratperburuhan yang
adilsertabaikdanatasdasarperlindunganterhadappengangguran. (2) Setiap orang
dengantidakadaperbedaan, berhakataspengupahan yang samauntukpekerjaan yang
sama. (3) Setiap orang yang melakukanpekerjaanberhakataspengupahan yang
adildanbaikmenjaminpenghidupannyabersamadengankeluarganya,
sepadandenganmartabatmanusia,
danjikaperluditambahdenganbantuan-bantuansosiallainnya. (4) Setiap orang
berhakmendirikaandanmemasukiserikat-serikatsekerjauntukmelindungikepentingannya.
Nilai keberpihakan dari kelompok kami setelah kami melakukan
observasi dan analisis sosial kepada para pedagang kaki lima yakni, sesuai UUD
1945 dalam pasal 27 ayat 2 “Persamaan hak setiap warga negara untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak”, dimana setiap warga Negara berhak
mendapatkan pekerjaan, termasuk juga para pedagang kaki lima, walaupun memang
mereka tidak mempunyai izin resmi berjualan dan berjulan juga di sembarang
tempat, namun sekali lagi para PKL sendiri juga merupakan warga Negara maka
Negara pun berkewajiban menyediakan dan memfasilitasi para PKL terkait tempat
dan lain-lain, agar mereka nantinya pun bisa berjualan secara resmi tanpa harus
takut akan adanya penertiban yang di lakukan oleh pemerintah provinsi.
Nilai keberpihakan dari kelompok kami terhadap para pedagang kaki
lima yaitu niai kepedulian sosial terhadap para pedagang kaki lima, khususnya
para PKL di sekitar pasar dan stasiun Jatinegara..
B. TINJAUAN TEORI ANALISIS SOSIAL
PENGERTIAN ANALISIS SOSIAL
Holland-Henriot,mendefinisikan
analisis social sebagai”usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang
sebuah situasi social dengan menggali hubungan-hubungan histories dan
strukturalnya” ( Social analysis : 30)
1.
Analisis social menggali realitas, sebagai
fenomena dalam keberagaman dimensinya, seperti;
•
Masalah-masalah khusus, seperti pengangguran,
kelaparan, inflasi dll
•
Kebijakan-kebijakan (policies) seperti
pelatihan kerja, pengawasan moneter, program bantuan pangan, pelayanan publik,
dsb.
•
Menyelidiki struktur-struktur yang lebih luas,
lebih dalam, atau lebih spesifik dari isntitusi-institusi (pranata) ekonomi,
politik, social budaya.
•
Memfokuskan diri pada system-sistem yang berada
dibalik dimensi-dimensi kebijakan dan struktur, seperti system politik sebagai
subsistem dari system social tertentu; atau tananan politik (political order)
sebagai sebuah system dengan landasan kulturalnya.
2.
Menganalisis social dalam artian waktu
(analisis histories) berupa studi tentang perubahan-perubahan system social
dalam kurun waktu tertentu
3.
Menganalisis system social dalam artian ruan
(analisis structural), yang menyajikan aspek tertentu, dari keseluruhan
kerangka kerja sebuah system pada suatu momen waktu.
(hal yang disebut dalam no.2 dan 3, biasanya
digunakan secara bersama untuk suatu analisis yang menyeluruh)
4.
Analisis yang membedakan (1) dimensi obyektif,
dan (2) dimensi subyektif dari realitas social. Pertama menyangkut aneka ragam
organisasi, pola-pola perilaku, dan pranata-pranata (institusi), yang kedua
meliputi kesadaran, nilai, ideology. Melakukan analisis social, dalam hal ini
adalah menganalisis unsure-unsurnya, supaya bisa memahami gerak perubahan dari
asumsi-asumsi yang mendasarinya pada situasi social tertentu.
Pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam analisis social, berusaha membuka
tabir hal-hal; nilai, pandangan, keputusan dari para pelaku (aktor social) pada
suatu situasi tertentu.
Analisis sosial merupakan usaha
untuk menganalisis sesuatu keadaan atau masalah sosial secara objektif.
Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai situasi
sosial dengan menelaah kaitan-kaitan histories, struktural dan konsekuensi
masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami
fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan
agama. Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana
institusi sosial yang menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak
sosial yang muncul akibat masalah sosial.
Teori dan fakta berjalan secara simultan,
teori sosial merupakan refleksi dari fakta sosial, sementara fakta sosial akan
mudah di analisis melalui teori-teori sosial. Teori sosial melibatkan isu-isu
mencakup filsafat, untuk memberikan konsepsi-konsepsi hakekat aktifitas sosial
dan prilaku manusia yang ditempatkan dalam realitas empiris. Charles lemert (1993) dalam Social Theory;
The Multicultural And Classic Readings menyatakan bahwa teori sosial memang
merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa survive.
Teori sosial merupakan refleksi dari
sebuah pandangan dunia tertentu yang berakar pada positivisme. Menurut Anthony
Giddens secara filosofis terdapat dua macam analisis sosial,pertama, analisis
intitusional, yaitu ansos yang menekan pada keterampilan dan kesetaraan actor
yang memperlakukan institusi sebagai sumber daya dan aturan yang di produksi
terus-menerus. Kedua, analisis perilaku strategis, adalah ansos yang memberikan
penekanan institusi sebagai sesuatu yang diproduksi secara sosial.Proses
analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain:
1.
Memilih dan menentukan objek analisis
Pemilihan sasaran masalah harus
berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti realitas yang dianalsis
merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau
misi organisasi.
2.
Pengumpulan data atau informasi penunjang
Untuk dapat menganalisis masalah
secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan informasi penunjang yang
lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, kegiatan observasi
maupun investigasi langsung dilapangan.
3.
Identifikasi dan analisis masalah
Merupaka tahap menganalisis objek
berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pemetaan beberapa variable, seperti
keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada tahap ini.
Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat memahami subtansi
masalah dan menemukan saling keterkaitan antara aspek.
4.
Mengembangkan presepsi
Setelah di identifikasi berbagai
aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam masalah, selanjutnya dikembangkan
presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang objektif. pada tahap ini akan
muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta
pengembangan beberapa alternative sebagai kerangka tindak lanjut.
5.
Menarik kesimpulan
Pada tahap ini telah diperoleh
kesimpulan tentang; akar masalah, pihak mana saja yang terlibat, pihak yang
diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial dan
ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan
sosial.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Deskripsi
· Dimensi Ekonomi
1.
Aktivitas Ekonomi
Aktivitas ekonomi
yang mereka lakukan ialah berdagang dengan berjualan di pinggir-pinggir jalan
atau lebih dikenal dengan pedagang kaki lima.
Mereka
pun bermacam-macam pedagang yang terdapat disana yakni, pedagang hewan,
pedagang pernak-pernik, pedagang minuman dan makanan pedagang buku-buku bekas
dan baru, serta para pedagang obat-obatan tradisional.
2.
Pola dan proses aktivitas ekonomi
Mereka
berjualan setiap hari, dari mulai pukul 07.00 WIB pagi hingga pukul 17.00,
bahkan hingga pukul 18.00 WIB setiap harinya.
3.
Kelas sosial berdasarkan basis ekonomi
Terdapat
dua kelas berdasarkan basis ekonomi disana setelah kami melakukan observasi dan
analisis sosial yaitu :
• Pedagang
resmi, yaitu pedagang yang mempunyai kios yakni para pedagang yang berada di
dalam JT 007.
•
Pedagang kaki lima yang berada di jalan raya, trotoar, bahkan berjualan
di depan kios pedagang JT 07.
· Dimensi Sosial Politik
1.
Sejarah komunitas
Sejarah
berdirinya pedagang kaki lima di dekat Pasar Jatinegara, sejak tahun 1964
berdirinya JT 007 oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta waktu itu, maka sejak
tahun tersebut sudah ada pedagang kaki lima di sekitar Jatinegara hingga saat
ini. Walaupun sekarang JT 007 sudah di pegang atau di bina oleh UKM, dengan
sistem berupa hak pakai.
Dan
sejak tahun 1964 lah, para pedagang kaki lima pun sudah ada di sekitar JT 007
yang bertempat di dekat pasar dan stasiun Jatinegara tersebut.
2.
Hubungan sosial (gender, status, suku, agama,
dll)
Hubungan
sosial (gender, status, suku, agama, dll) baik, Walaupun dalam keseharian
mereka lebih cenderung mengobrol atau berinteraksi dengan pedagang yang barang
dagangan yang sejenis, sebab mereka biasanya posisi mereka berjualan berdekatan
dan bersampingan, serta juga cenderung kepada asal daerah yang sama, misal dari
Bogor, Sumedang dan lainnya. Jadi hubungan sosial mereka satu sama lain cukup
dekat dan erat tidak terdapat masalah walau terdapat persaingan dalam berdagang
tapi menurut mereka rezeki sudah diatur dan sudah masing-masing porsinya.
Untuk
gender sendiri hampir 70% untuk PKL disana adalah laki-laki, sebagian besar
ialah bapak-bapak atau yang sudah berkeluarga. Selebihnya baru perempuan dan
kebanyakan atau sebagian besar ialah ibu-ibu. Kemudian mayoritas para pedagang
disana ialah Islam hampir 90 % Islam, sementara agama lain selain Islam ialah
Kristen yaitu para pedagang-pedagang resmi di JT 007 yang mayoritas beragama
Kristen.
Berdasarkan
suku: Betawi (Asli orang Jatinegara) , Sunda (Bogor, Sumedang, Cimahi dan
lain-lain), Jawa Namun mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain,menurut
mereka pedagang disana satu sama lain seperti saudara,jadi tidak pernah
dipermasalahkan.
· Dimensi Budaya
1.
Heterogen/Homogen budaya
Budaya
disana sendiri ialah heterogen atau bermacam-macam budaya saling bercampur di
sana, Sebab budaya hetrogen ialah bermacam-macamnya asal daerah dari
masing-masing pedagang kaki lima, bahkan kebanyakan atau sebagian besar ialah para pendatang dari
luar Jakarta para PKL disana, mulai dari, Banten, Jateng, Jabar, Jatim,
Sumatera dan daerah lain.
2. RelasiantarbudayajikaHeterogen
Relasiatauhubunganbudayaheterogendariparapedagang kaki
lima disanacukupbaik, karenaterbuktidenganbegitubanyaknyapedagang kaki lima di
tambah pula berbeda-bedabudayatermasuksuku, namun,
merekasalingmenghargaisatusama lain, bahkanpersaingandalamberdagang pun sehat,
karenaadabeberapapedagangsendiri yang mengaggapbahwarezekisudahada Allah yang
mengaturjadijarangsekaliparapedagang yang bersaingsecaranegatif.
3. Pendidikan
RiwayatPendidikandariparapedagang kaki lima (PKL) di
sekitarpasarJatinegarabermacam-macamyaitu :
Ø SD
Ø SMP
Ø SMA
Ø Bahkanada
yang sempatkuliah, namuntidakmenyelesaikansampaiselesai,
sebabsudahmerasaenakdenganberjualan.
· Analisis Masalah
AnalisisMasalahBerdasarkan 3 Bidangyakni,
Ekonomi, SosialdanBudaya
Ekonomi
|
Sosial-Politik
|
Budaya
|
Berdagang : hewan,buku,minuman,
makanan, pernak-pernik (jam, kaca mata dll) , barang perkakas
|
Sejarah berdirinya pedagang kaki
lima di dekat Pasar Jatinegara, sejak tahun 1964 berdirinya JT 007 oleh
pemerintah daerah, maka sejak tahun tersebut sudah ada pedagang kaki lima di
sekitar Jatinegara hingga saat ini. Walaupun sekarang JT 07 sudah di pegang
atau di bina oleh UKM, dengan sistem hak pakai.
|
·
Dalam
pemahaman mereka terhadap budaya mereka sendiri cukup baik,namun hanya yang
umum saja yang mereka ketahui,dan dalam penggunaan bahasa daerah mereka
kurang sering menggunakan paling hanya kepedagang yang sesama daerah.
·
Nilai
budaya tradisi dan etika para pedagang
hanya digunakan jika lawan bicara atau orang yang sama dari daerah
asalnya.
|
·
Mereka
memulai berjualan setiap hari dari mulai jam 07.00-17.00 bahkan sampai jam
18.00 WIB.
|
·
Hubungansosial (gender, status, suku, agama, dll) baik, Walaupun dalam keseharian mereka lebih cenderung mengobrol
atau berinteraksi dengan pedagang yang barang dagangan yang sejenis, sebab
mereka biasanya posisi mereka berjualan berdekatan dan bersampingan, serta
juga cenderung kepada asal daerah yang sama, misal dari Bogor, Sumedang dan
lainnya.Jadi hubungan sosial mereka satu sama lain cukup dekat dan erat tidak
terdapat masalah walau terdapat persaingan dalam berdagang tapi menurut
mereka rezeki sudah diatur dan sudah masing-masing porsinya.
·
Jika
menanggapi kondisi lingkungan,mereka kurang peka terhadap kebersihan dan
kurangnya fasilitas tong sampah yang tersedia sehingga terlihat banyaknya
sampah yang berserakan di sekitar mereka berdagang.
·
Di
pedagang kaki lima jatinegara tidak ada yang mengelola,saat kita tanya ada
tidak yang mengatur dan mengelola mereka menjawab bebas siapa saja bisa
berdagang namun tau aturan saja.dan tidak ada badan atau organisasi yg
mengatur.
·
Untuk
gender sendiri hampir 70% untuk PKL disana adalah laki-laki, sebagian besar
ialah bapak-bapak atau yang sudah berkeluarga. Selebihnya baru perempuan dan
kebanyakan atau sebagian besar ialah ibu-ibu.
·
Berdasarkan
suku: Betawi (Asli orang Jatinegara) , Sunda (Bogor, Sumedang dll), Jawa
Namun mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain,menurut mereka pedagang
disana satu sama lain seperti saudara,jadi tidak pernah dipermasalahkan.
|
Pola pikir masyarakat :
Pola pikir pedagang disana sendiri
ialah sama bagaimana cara untuk mencari rezeki dan keuntungan dari mereka
berdagang, walau itu sendiri sampai harus bermain Kucing-kucingan dengan para
petugas Satpol PP bila ada penertiban, ada pedagang yang patuh apabila ada
peringatan bahwa akan adanya penertiban, namun ada juga yang tidak patuh
sehingga mereka harus bermain kucing-kucingan dengan petugas, tak jarang juga
ada barang dagangan dari pedagang yang harus diambil oleh petugas.
|
|
Organisasisosial (RT/RW,
kelompokmasyarakat, lembagasosial)
·
Untuk
pedagang resmi atau pedagang yang berada di kios sendiri mereka mendapat izin
berjualan dari RT,RW, Kelurahan setempat, bahan ada kepala keamanannya, serta
di bina oleh UKM.
·
Untuk
para pedagang kaki lima yang berada di pinggir jalan, trotoar dan sebagainya,
mereka sendiri liar, tanpa mempunyai izin dari manapun, hanya membayar kepada
kepala keemanan orang-orang disekitar setempat, para PKL sendiri juga tidak
pernah di bina oleh lembaga manapun mulai dari pemerintah hingga swasta.
Walau gubernur yang baru yaitu Jokowi pernah sesekali datang ke PKL di
Jatinegara.
·
Nilai
yang mereka anut ialah nilai sosial,karena hubungan sosial diantara mereka
saling berikatan,tak jarang antar pedagang adalah saudara menurut wawancara
kami,mereka mengatakan pedagang disebelahnya adalah sodaranya dikampung yang
diajak kejakarta,dan mereka tak sengan menitipkan dagangan ke pedagang
sebelah jika ingin makan atau ingin beribadah jadi tidak khawatir karena
masih saudara sendiri.
|
Budaya disana sendiri ialah
heterogen atau bermacam-acam, sebab bermacam-macam asal daerah dari setiap
pedagang, bahkan kebanyakan ialah para pendatang dari luar Jakarta para PKL
disana, mulai dari, Banten, Jateng, Jabar, Jatim, Sumatera dll.
|
Berdasarkan Kelas :
·
Pedagang
resmi, yaitu pedagang yang mempunyai kios yakni para pedagang yang berada di
dalam JT 07.
·
Pedagang
kaki lima yang berada di jalan raya, trotoar, bahkan berjualan di depan kios
pedagang JT 07.
|
· Komunitas resmi PKL dan JT 07 sendiri tidak ada, kecuali pedagang
Mester di Jatinegara, yang mempunyai komunitas antar pedagang.
· Komunitas tidak resmi ada yaitu karena kesamaan barang dagangan
dan asal daerah, karena biasanya pedagang- pedagang yang memiliki barang
dagangan sejenis atau sama berdekatan jualannya bahkan bersampingan.
|
|
·
Pengeluaran
untuk pedagang resmi (JT 07) beserta pedagang yang berada di dalam wilayah JT
07, yaitu Rp 2000/per hari untuk kebersihan.
·
Pengeluaran
untuk pedagang resmi (JT 07) untuk air bagi yang berjualan ikan, akuarium
dll. Yakini, Rp 150.000- 200.000/per bulan.
|
|
|
D. PENYELESAIAN
·
Strength
Faktor
kekuatan yang terdapat pada pedagang kaki lima setelah kami melakukan analisis
sosial ialah :
- Lokasi berdagang kaki lima yang
strategis.
- Barang dagangan bermacam-macam
dari hewan sampai pernak-pernik (perkakas, dll.)
- Pengeluaran mereka berdagang cukup
murah yaitu sebesar kurang lebih 3 ribu rupiah.
·
Weakness
Faktor
Kelemahan yang terdapat pada pedagang kaki lima lima setelah kami melakukan
analisis sosial ialah :
- Tempat/lokasi berdagang yang terletak ditrotoar jalan.
- Kebanyakan pedagang mempunyai barang dagangan yang bukan milik sendiri, sehingga keuntungan dibagi dua.
- Tempat/lokasi berdagang yang terletak ditrotoar jalan.
- Kebanyakan pedagang mempunyai barang dagangan yang bukan milik sendiri, sehingga keuntungan dibagi dua.
- Pedagang kaki lima yang berada
ditrotoar jalan tidak memiliki izin pemerintah, berbeda dengan pedagang yang
berada dikios yang memiliki izin untuk berdagang.
- Tidak memiliki stuktur organisasi
antar sesama pedagang disana.
·
Oportunity
Yang
menjadi peluang pada masa yang akan datang yang terjadi ialah Pedagang kaki
lima akan mendapatkan relokasi tempat baru berdagang secara resmi apabila
pemerintah mengeluarkan kebijakan, ditambah janji dari gubernur yang baru bapak
Jokowi Widodo yang berjanji akan menata seluruh PKL yang ada dijakarta.
·
Thread
Ancaman
yang akan terjadi dari luar.
-
Lokasi yang gampang terjadi banjir.
-
Penggusuran oleh pemerintah akibat dari lokasi
berdagang yang tak sesuai dari tempat berdagang pada umumnya.
E. AKSI
Setelah
kami melakukan observasi dan analisis sosial terhdap pedagang kaki lima
khususnya para pedagang kaki lima yang berada di sekitar pasar Jatinegara
termasuk JT 007 dan di sekitar stasiun Jatinegara, aksi yang akan kami lakukan
ialah berupa mengirim surat kepada
Gubernur DKI Jakarta, yakni bapak Joko Widodo terkait permasalahan yang dialami
oleh para PKL.
Khususnya
untuk para pedagang kaki lima yang berada di sekitar stasiun Jatinegara, dan
para pedagang kaki lima di seluruh stasiun di sekitar Jakarta yang saat ini
dari pihak perusahaan kereta api (PT KAI), dimana para PKL di tertibkan dengan
alasan PT KAI melakukan penggusuran adalah untuk penataan peron, atau lebih
ditertibkan dan dirapikan lagi stasiun. Namun akibat dari penertiban di sekitar
stasiun sekitar ratusan PKL di sekitar stasiun di seluruh Jakarta pun
kehilangan mata pencaharian karena penertiban yang dilakukan tanpa adanya
relokasi lahan berdagang dari para PKL sendiri.
Apalagi
bukan hanya para pedagang kaki lima saja yang di tertibkan, namun pedagang
resmi yang berada di kios pun juga ikut di tertibkan padahal mereka sudah
membayar sewa jutaan rupiah per tahunnya, namun PT KAI sendiri tetap
menertibkan seluruh PKL tanpa memikirkan dampak yang terjadi akibat penertiban
yang di lakukan.
Karena
menurut kami sendiri, penertiban tanpa dilandasi dengan analisis dampak yang
ditimbulkan itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru membuat masalah baru
yakni membuat jumlah kemiskinan menjadi meningkat sebab PT KAI sendiri
melakukan penertiban tanpa merelokasi para PKL itu sendiri membuat mereka tidak
punya lahan untuk berdagang, sehingga yang timbul meningkatnya kemiskinan
akibat penertiban yang kurang bertanggung jawab, diharapkan para pemerintah DKI
Jakarta mampu menyelesaikan masalah yang dialami oleh para PKL tersebut dengan
kami mengirimkan surat mengenai analisis sosial yang telah akmi lakukan ke PKL.
F. REFLEKSI
Refleksi
terhadap masalah pedagang tersebut,dimana kelompok kami dapat mengambil hikmah
dari masalah tersebut yang dimana memang tak mudah mendapatkan pekerjaan dan
mendapatkan penghasilan di kota jakarta ini kerena banyaknya saingan atau pun
keterbatasaan keadaan contoh nya yang dimana para pedagang tersebut kurang akan
pendidikan yang dimana mereka hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah
dasar,kalo pun ada yang sampai perguruan tinggi itu pun tidak sampai selesai
karena keterbatasan dana untuk pendidikan.
Jadi
karena banyak tuntutan harus mereka penuhi dan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari nya akhirnya mereka pun mengambil keputusan untuk berdagang,tidak
hanya sampai disitu saja karena keterbatasan modal yang mereka miliki mereka
pun akhirnya berdagang disembarang tempat yang kita kenal dengan pedagang kaki
lima yang bagi sebagian orang dan pemerintah itu menjadi sebuah masalah yang
meresahkan dan kurang tertib.
Namun
demikian mereka tidak terlalu menghiraukan pandangan orang-orang tersebut,walau
tak sering mereka tertangkap satpol pp yang mengamankan mereka dan mengamankan
barang dagangan mereka pula,dan tak jarang mereka menjadi rugi karena barang
dagangan mereka tidak dikembalikan lagi.memang mereka yang bandel susah
dibilangin,namun apa boleh buat untuk memenuhi kebutuhan nya dia tidak masalah
dan tak perdulikan.
Ada
hal positif yang bisa kita ambil,semangat kerja keras mereka,tak kenal menyerah
walau dalam hal itu mereka salah.tapi seharusnya bisa bijak pula untuk melihat
keadaan ini,seharusnya pemerintah pun bisa menyediakan tempat yang strategis
dan layak untuk mereka serta harga sewa yang tidak usah mahal-mahal agar dapat
terjangkau oleh mereka para pedagang kaki lima yang hanya memiliki modal tak
seberapa.
Jadi,kita
harus banyak bersyukur karena masih banyak orang diluar sana yang mana butuh
perjuangan untuk makan dan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari,serta kita
harus lebih semangat lagi belajar yang rajin,karena masih banyak diluar sana
pula yang tidak beruntung dapat bersekolah hingga tinggi seperti kita semua
ini,oleh karena itu mulai memaknai hidup ini dengan bijak dan menjadi orang yang
bermanfaat bagi seluruh masyarakat, terutama bagi para pedagang kaki lima.
G. PENUTUP
Demikian laporan analisis sosial ini kami
buat,berharap dapat mengambil pelajaran dan pengalaman dari proses analisis
sosial ini hingga akhir dengan aksi.dan semoga terselesaikan nya masalah
pedagang kaki lima di ibu kota jakarta agar tidak ada lagi masalah-masalah dari
pemerintah atau pun masyarakat yang berprofesi berdagang agar dapat diberikan
tempat yang layak demi kenyamanan bersama dan keindahan kota jakarta itu
sendiri.
Ada pun kurangnya dari laporan yang
kami buat,mohon dibuka kan pintu maaf yang selebar-lebarnya.Karena kami masih
belajar dan belum sempurna dalam menyusun laporan ini,kurang dan lebihnya mohon
maaf.Terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam terselesainya laporan
ini terutama teruntuk para pedagang kaki lima yang berada di sekitar pasar dan
stasiun Jatinegara.
Komentar
Posting Komentar